kali ini aku akan menceritakan liburan nekad traveller kita ke dieng, tapi jujur aku bingung mau menceritakan dari mananya dulu :D
awal mula liburan ini dari ajakan teman,
untuk traveller ke dieng, karna aku belum pernah ke dieng, tanpa mikir
panjang langsung meng.iyakan ajakannya donk, padahal waktu itu aku ada
acara dengan orang – orang kampung (tapi bodo amat).
ok. kumpul di kos dia jam 7 malam, dalam
planning yang mau ikut 7 orang. but you know, one by one tiba tiba
mengcancel karena ada keperluan mendadak lah, gak dibolehin orang
tuanya, saudaranya ada yang datang lah (fak.fak.fak), sudah mulai
hopeless ngalamat gagal maning,
hingga pukul 19.00 WIB yang fix 4 orang termasuk gueh, siapakah itu ?
(manusia – manusia kebanyakan waktu, kurang kerjaan )
sabtu, 27 april 2014 pukul 21.00 WIB
traveller dimulai, kamu tau, diantara kita gak tau jalannya sama sekali,
aku ulangi lagi kita gak tau jalannya, sama sekali gak tau jalannya.
tapi ya namanya juga nekad traveller, kita bermodalkan gps, google map,
dan plakat penunjuk jalan, gak bsa dibayangkan bagaimana kalau baterai
hape kita habis semua, atau gak ada sinyal sama sekali, atau plakatnya
sudah tak bisa kebaca, ya cuma pasrah, baca syahadat. wkwk
riski boncengan dengan bagas, aku
boncengan dengan riska. pengennya aku yang mbonceng, tapi gengsi lah ya,
masak cew yang boncengin.
perjalanan cukup lancar, karena malam
minggu juga jalan jadi rame, serasa para jomblowers berjalan di tengah –
tengah pasangan muda – mudi (*tears*). hingga perjalanan yang cukup
jauh sekali, kita dibingungkan oleh arah jalan dan juga plakat penunjuk
jalan. hingga akhirnya percakapan konyol terjadi :
aku : “ris, buruan buka gps, kita harus lewat mana?”
riska : “aku gak bisa pake gps, kamu aja !”
aku : (ngekngokkk) “aku yow belum pernah buka gps risss”
kita ngakak sengakak ngakaknya, serasa
paling buodhoh padahal kita lulusan anak multimedia (wkwk), bermodal
insting kita berunding untuk berjalan lurus, mengikuti jalan meskipun
jalan sepi banget. hingga akhirnya kita bener – bener tersesat. jalan
sudah tak beraturan, gak ada lampu sama sekali, kanan kiri gak ada rumah
penduduk. pikiran kita semua blank, gak tau gimana kalau saat itu ada
setan lewat, mungkin yang paling pertama kerasukan riska, karena
terlihat banget wajahnya gak ada pikiran sama sekali .
“telp temenmu aja ris”, usulan riski
memecahkan suasana keheningan kita. dan itu sumpah usulan terbaik yang
pernah riski ucapkan.(wkwk) Mengikuti perintah teman riska, kita pun
putar arah, menuju jalan yang pasti – pasti saja :D.
terus, lurus, belok kanan, belok kiri,
jalan ditempat. bingung kemana, cap cip cup, telp teman lagi, sepanjang
jalan cuma itu yang kita lakuin :D.
Tepat pukul 23.00 atau 11 malam, karna boyok kita sudah pegal semua,
kita putuskan untuk istrahat di Alfa mart, sekedar kencing gratis dan
tidur gratis di emperan, (persis glandangan). tapi tetep selfie must go
on.
23.30 perjalanan dilanjutkan, meskipun riska menawarkan untuk gantian
tapi sebagai cow gengsi lah ya. jalan mendaki pertama dimulai, kanan
kiri hanya terlihat lampu kerlap kerlip, bintang bertaburan, suasana
dingin. tapi sayang yang aku boncengin pacar orang (fak.fak.fak).
kira – kira pukul 00.30, kita sudah
memasuki kawasan jalanan terjal,ayo,ayo,ayo, naik naik naik, pucuk pucuk
pucuk, mulut riska pengen aku bungkam dengan knalpot. bukannya bedoa
sepaya selamat, berdoa agar aku gak ngantuk, eh, malah konser gak jelas.
hingga dimana aku berada dititik dingin,
sumpah dingin buanget, mau minta peluk riska (gak mungkin banget, dan
aku ogah !!), karna gak ada kehangatan sama sekali, aku cuma teriak
sekencang – kencangnya, gak ngurus mau dibilang gila, atau apalah. tapi
kenyataanya emang dingin banget. nget. nget., ditambah lagi embun sudah
ada (*mikir dinginnya seberapa*).
bertahan ditengah kegelapan dan
kedinginan serta jeritan – jeritan butuh kehangatan, 15 menit perjalanan
akhirnya sampai di TPR pertama, bayar Rp. 5000 permotor (murah banget
kan), tanya ke penjaga TPR, sikunir masih 20 km lagi ( ebusyet masih
jauh).
*play backsound kartun ninja hartori* mendaki gunung, lewati lembah, bersama kita , berpetualang…..
*lagu berhenti* ditengak ketersesatan
kita. jalan buntu yang kita pilih (fak.fak.fak), keadaan dingin banget,
petang, gak ada orang sama sekali, mau balik ke TPR jauh banget.
(fak.fak.fak). hingga kita memutuskan untuk ke telaga warna, siapa tau
ada penduduk yang mau ke kamar mandi, dan kita cegat. :D
nunggu, 1 detik, 5 detik, 1 menit, 3
menit, 5 menit, 7 menit, hingga di menit ke 10, doa kita terjamah
(*sujud syukur*), “pak. pak. ke sikunir lewat mana ya ?”, suara riska
sok memelas ke bapak itu. entah bapak itu emang dasarnya ramah atau
terpesona dengan riska tau kasihan dengan muka riska yang melas seperti
itu :D, yang jelas bapak itu menjelaskan dengan detail banget dan ramah sekali,
kita pun mengikuti perintah bapak tadi,
pertigaan belok kiri lurus, jangan berenti – berenti, masalahnya
jalannya gak ada habisnya, setelah kita lurus gak nyampe – nyampe, masih
aja ada jalan (gilak niat banget pemerintah ngaspalnya, wkwk).
tepat pukul 1.30 dini hari, kita tiba di
SIKUNIR (ingat ya, sikunir bukan sijahe ataupun silaos). sampai disana
bayar TPR Rp. 5000, (murah kan?) aku curiganya, jangan – jangan mereka
taunya cuma uang 5000 doank, wkkw.
sampai di TKP, gilakkk, banyak banget
yang bermalam disitu, entah tujuannya emang camping, atau pacaran, atau
honeymoon. whateverlah. dan kalian tau, mereka pada pasang tenda semua,
sementara kita sama sekali gak bawa tenda (dyarrr). untung riska dulu
mantan murid pencinta alam yang sempat dikeluarkan (wkkwk), bermodal
sedikit pengetahuan darinya, kita buat tenda bivak, itu loh, pohon 1 ke
pohon lain di tali, terus atas nya dikasih mantel, terus kasih pathok
deh. pokoknya persis jemuran jarik nenek – nenek :D. Mungkin kalau ada penilaian tenta, tenda kami paling buruk. bahkan gak layak pasang. wkwkw
istirahat bentar, makan, minum, ngobrol, tidur.
tepat pukul 4 pagi, kita bergegas naik ke sikunir buat menyaksikan sunrise, pendakian dimulai.
sesampai di puncak..
hanya ada satu kata “awesome”, indah
sekali Tuhan lukisanmu, betapa kecil kita dengan semua yang engkau
miliki, betapa bangganya kita memiliki Indonesia ini, negri yang begitu
indah.
dirasa cukup menikmati lukisan Tuhan, kita pun cabut ke candi arjuna, kawah belerang dan telaga warna.
pukul 10.00 kita pulang. and traveller
kita mulai, banyak kejadian yang menggelitik tapi konyol. mulai dari
riska nekad boncengin aku, karna aku ngantuk banget , sumpah aku malu
bukan main, orang – orang di pinggir jalan pada nglirik, mungkin
dipikiran mereka, masak cew yang harus boncengin, apa -apaan itu. dan
aku pun takut banget mbonceng, jalan yang begitu curam seolah – olah
seperti naik roller couster, hampir setiap tikungan aku teriak – teriak
(wkwkw, lebay banget ya).
terus, hujan yang mengerjain kita. gimana
gak dikerjain hujan? wong waktu perjalanan hujan deres banget, pas pake
mantrol jalan 10 meteran, eh hujan terus reda (hasyem banget).
ketilang polisi !! ini kejadian paling konyol.
awal mula kejadian ini karena rambu lalu
lintas yang membingungkan, jelas – jelas sebelum lampu merah plakat
menunjuk jalan menunjukkan kalau ke jogja lurus terus, nah otomatis aku
berenti pas lampu merah, eh kog di samping jalan ada tulisan
kekiri/jogja jalan terus, karna aku masih cernas, ya otomatis aku
ngikuti yang kekiri donk, dari pada harus nunggu lampu merah yang lama
banget. Di tengah mengendarai motor, riska ngomong :” eh, kog dari tadi
kita dikawal polisi ya, kenapa ya?”, pertanyaan yang gak patut banget di
tanyakan diusia nya yang sudah 20 tahun. Riska gembel, itu tandanya
kita dikejar polisi, kita kena tilang. belum sempat mulut ini berenti
ngoceh, polisi sudah mepetkan kendaraan kita, dan minta stnk serta sim.
kita pun disuruh mampir ke gubuk polisi itu.
nah, waktu kita balik arah, mau ngikuti
polisniya, eh polisinya sudah ngilang, kita ketinggalan jejak, dan kita
gak tau gubuk polisinya dimana, kalian tau ? kita muter – muter nyari
polisi, (wkwkkw). tanya orang – orang pos polisi dimana (sumpah, seperti
korban penyerahan diri). karna gak menemukan jawaban, kita pun berenti
di jalan, nah waktu ada polisi lewat, kita cegat dia (wkwkw) suruh
ngaterin ke pos polisi. “tuh mas, kantor polisinya di utara jalan itu,
silahkan nyebang aja” suara polisi yang haus uang receh itu memberi tahu
kita markas buayanya.
kita asal nyebang aja, eh, gak taunya itu
perempatan jalan yang gedhe banget. dan itu lampunya lagi ijo. tandanya
kendarannya pada jalan. dan kalian tau ? kita cuma teriak pas ditengah
jalan. (sumpah persis adegan sinetron – sinetron kalau mau ditabrak
mobil). dan polisinya cuma ngeliat aja. (fak banget ). dan kita cuma
ngakak, mentertawakan kebodohan kita sendiri. wkwkkw
sesampai di pos polisi. eksekusi dimulai.
riska mulai menunjukkan actingnya : “pak, kasihanilah kita, kita gak
tau jalan, sama sekali. ini baru pertama kita lewat sini pak”, pak
polisi yang haus receh pun : “wah, melanggar harus ada sangsinya mbak,
ini pelanggaran ini kena Rp. 50.000″
riska : “yah, pak. kita cuma tinggal
punya uang 20 ribu, itu pun receh semua pak, kita juga belum makan”,
suara riska begitu menyentuh kalbu. (wkwkw). dan dengan suara tidak
berdosa tiba – tiba aku bilang :” halah ris, jangan kaya orang susah
lah, berapa tow. cuma 50 ribu, nih pak !”. riska pun bengong. mulutnya
mlongo, actingnya serasa sia – sia karna gaya aku yang sok kaya. (wkwk)
sesudah kita ngasih harta kita ke pak
polisi, kita pun mikir lagi, : loh, kalau alesanya karna kita
mengakibatkan mobil dibelakang kita berenti mendadak, ya wajar aja, kan
itu lampu merah. otomatis semua kendaraan berenti donk ?, dan kenapa aku
tadi gak mengelak ? malah berlagak kaya pahlawan kesiangan.
(fak.fak.fak, kita dikerjain polisi). di jalan kita cuma ketawa,
sesekali menyesali kebodhohan kita. wkwkw.
kejadian selanjutnya. ditengah hujan yang
deres buanget, kanan kiri jalan bus , truk, jalan banjir. aku
ngendarai motor dengan tidur, dan riska yang mbonceng juga tidur. aku
ulangi lagi. kita berdua tidur di motor yang berjalan, (gilak gak itu),
kita sadar kalau kita tidur karna klakson bus. wkkwkw (hampir aja nyawa
melayang karna kekonyolan manusia – manusia begok).
sampai dirumah, pukul 15.00, jadi
perjalanan kita pulang 5 jam. dan kalian tau ? selama perjalanan
kerumah, cuara gak mendukung banget. hujang deres banget. angin kenceng
buanget. petir keras banget. pohon banyak yang tumbang. dan jarak
pandang kurang lebih 10 meteran. sumpah suasana seperti perangg. dan
sesampai di kos riski entah kerna kebetulan,atau memang sudah setingan
dari sononya. ujannga langsung reda. sereda redanya (kamprettttt).
itulah sepenggal cerita kita, ke empat manusia yang kebanyakan waktu, kurang pekerjaan. menghabiskan waktu untuk liburan.